Hikikomori: Fenomena Isolasi Diri dari Jepang dan Perluasan Globalnya


Dalam masyarakat yang terus bergerak dan terhubung, ada kelompok orang yang memilih untuk menarik diri dari interaksi sosial dan menghabiskan hidup mereka di dalam kamar atau rumah. Fenomena ini dikenal sebagai "hikikomori," istilah Jepang yang secara harfiah berarti "menarik diri." Awalnya diidentifikasi di Jepang pada 1990-an, fenomena ini kini telah mendapatkan perhatian sebagai masalah global.

Asal-Usul dan Penyebaran Hikikomori


Hikikomori pertama kali dikenali oleh psikiater Jepang, Tamaki Saito, dalam tahun 1990-an. Saito mendefinisikannya sebagai kondisi di mana seseorang mengisolasi diri dari masyarakat secara ekstrem dan berkelanjutan, menghindari semua kontak sosial untuk periode yang sangat lama, terkadang bertahun-tahun. Menurut Saito, sebagian besar hikikomori adalah pria muda, walaupun dalam tahun-tahun berikutnya, fenomena itu juga dikenali pada wanita dan lapisan usia yang lebih luas.

Kasus hikikomori ini bermula dari Jepang, tetapi tidak lama kemudian, kasus yang serupa mulai dilaporkan di negara-negara lain seperti Korea Selatan, Italia dan Amerika Serikat. Hal ini mengindikasikan bahwa hikikomori bukan hanya persoalan budaya khusus Jepang, tetapi juga bisa merupakan respons terhadap tekanan sosial modern yang umum.

Faktor Penyebab dan Dampaknya

Faktor penyebab hikikomori sangat bervariasi, mulai dari tekanan akademik, ekspektasi sosial yang tidak realistis, hingga trauma sosial dan keluarga. Di Jepang, tekanan untuk sukses akademik dan profesioal sangat tinggi, dan kegagalan untuk memenuhi harapan ini bisa menyebabkan malu yang besar. Di sisi lain, dalam konteks global, isolasi bisa dilihat sebagai cara melarikan diri dari realitas yang terlalu menekan atau lingkungan sosial yang tidak mendukung.

Baca Juga : Neuroplastisitas: Rahasia Otak Agar Mampu Sembuh dari Trauma

Kasus hikikomori ini tidak hanya mempengaruhi individu yang mengalami, tetapi juga keluarga dan masyarakat luas. Dampaknya mencakup kehilangan potensi produktifitas individu, peningkatan beban pada anggota keluarga yang lain, serta potensi masalah kesehatan mental yang bisa muncul dari isolasi yang berkepanjangan.

Perluasan Global dan Respons Masyarakat

Seiring dengan globalisasi dan peningkatan tekanan sosioekonomi, kasus-kasus serupa dengan hikikomori telah muncul di berbagai negara. Di Korea Selatan, misalnya, fenomena serupa dikenal sebagai "wang-ta," yang menggambarkan pengasingan seseorang dari masyarakat. Di Barat, peningkatan kesepian dan isolasi juga telah mendorong para peneliti untuk mempelajari lebih lanjut tentang hikikomori sebagai sebuah fenomena global.

Pemerintah Jepang telah mengambil langkah serius dalam menangani masalah ini, dengan mendirikan pusat dukungan bagi individu dan keluarga yang terkena dampak hikikomori. Program ini mencakup konseling, terapi, dan bantuan dalam reintegrasi sosial. Di negara lain, kesadaran tentang hikikomori masih berkembang, dan seruan untuk penanganan yang lebih global terus meningkat.

Kesimpulan

Fenomena hikikomori, yang bermula sebagai masalah khusus Jepang, kini telah menjadi topik diskusi internasional tentang kesehatan mental dan isolasi sosial. Ditetapkan dalam kehidupan modern yang sering kali tidak mengampuni, hikikomori menyoroti kebutuhan mendesak untuk pendekatan yang lebih penyayang dan inklusif terhadap kesehatan mental dan dukungan sosial. Di era global ini, mengakui dan mengatasi hikikomori tidak hanya penting untuk Jepang, tetapi juga untuk masyarakat global secara keseluruhan. Menangani fenomena ini memerlukan pengertian yang mendalam tentang penyebabnya dan pendekatan yang komprehensif dalam solusinya, di mana kesejahteraan individu diletakkan di hati pertimbangan.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak